Chapter 2
"Langkah Pertama"
Pagi itu, Arini terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Pertemuannya dengan Rama semalam masih terekam jelas dalam pikirannya. Ada sesuatu dalam diri pria itu yang membuatnya merasa nyaman, meski baru mengenalnya. Namun, bayangan Dimas masih menghantui pikirannya, menimbulkan keraguan yang sulit dihilangkan.
Arini memutuskan untuk pergi ke kafe yang sama, berharap bisa bertemu dengan Rama lagi. Ia ingin tahu lebih banyak tentang pria yang telah berhasil membuatnya tersenyum setelah sekian lama.
Di tempat lain, Rama juga merasakan hal yang sama. Pertemuan dengan Arini telah meninggalkan kesan mendalam di hatinya. Ia tidak bisa berhenti memikirkan senyum dan tawa wanita itu. Pagi itu, ia memutuskan untuk kembali ke kafe, berharap bisa bertemu Arini lagi.
Saat Arini tiba di kafe, ia melihat Rama sudah duduk di meja yang sama seperti semalam, menatap layar laptopnya. Senyum kecil terukir di bibirnya saat melihat Arini masuk. Tanpa ragu, Arini menghampirinya.
"Hai," sapa Arini dengan senyum. "Boleh aku duduk?"
Rama mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar. "Tentu saja, Arini. Duduklah."
Pembicaraan mereka mengalir dengan mudah. Kali ini, mereka berbicara lebih dalam tentang hidup mereka. Arini menceritakan tentang pekerjaannya sebagai penulis lepas dan bagaimana ia sering mencari inspirasi di kafe ini. Rama, di sisi lain, berbagi tentang pekerjaannya sebagai arsitek dan proyek besar yang sedang ia kerjakan.
Mereka juga berbagi tentang masa lalu mereka. Arini dengan hati-hati menceritakan tentang perpisahannya dengan Dimas, sementara Rama berbagi tentang masa lalunya yang penuh dengan kesedihan dan kekecewaan. Meskipun sulit, mereka merasa lega bisa membuka diri satu sama lain.
Hari-hari berikutnya, mereka semakin sering bertemu di kafe itu. Keakraban mereka tumbuh dengan cepat. Arini merasa hidupnya mulai kembali berwarna, sementara Rama merasa ada harapan baru yang tumbuh di hatinya.
Namun, tidak semua berjalan mulus. Arini mulai merasakan sesuatu yang aneh. Setiap kali ia bersama Rama, ia merasa ada yang mengawasi mereka. Pandangannya sering tertuju pada sosok bayangan di kejauhan, yang selalu menghilang begitu saja saat ia mencoba memastikan siapa itu.
Kecurigaan mulai tumbuh di hati Arini. Apakah itu hanya perasaannya saja, atau memang ada seseorang yang mengawasi mereka? Ia tidak ingin menuduh tanpa bukti, namun perasaan itu semakin kuat setiap harinya.
Di sisi lain, Rama juga merasakan hal yang sama. Ia merasakan ada sesuatu yang mengganggu, namun ia tidak ingin membebani Arini dengan kecurigaan yang belum pasti. Ia memutuskan untuk menyelidiki sendiri, mencari tahu apakah perasaannya itu benar atau hanya ilusi semata.
Hari demi hari berlalu, dan hubungan mereka semakin erat. Namun, bayangan misterius itu terus menghantui mereka. Arini dan Rama sadar bahwa mereka harus menghadapi masalah ini bersama. Mereka tidak ingin kecurigaan dan rasa takut menghancurkan kebahagiaan yang baru saja mereka temukan.
Suatu malam, saat mereka berdua berjalan-jalan di pantai, Arini akhirnya memberanikan diri untuk berbicara tentang perasaannya. "Rama, aku merasa ada yang aneh. Seperti ada seseorang yang mengawasi kita," katanya dengan suara lirih.
Rama terkejut mendengar pengakuan Arini. "Aku juga merasakan hal yang sama," jawabnya. "Aku pikir itu hanya perasaanku saja, tapi jika kau juga merasakannya, mungkin kita harus mencari tahu siapa atau apa yang mengawasi kita."
Mereka memutuskan untuk bekerja sama menyelidiki misteri ini. Meski takut dan cemas, mereka merasa lebih kuat karena menghadapi masalah ini bersama. Cinta yang mulai tumbuh di antara mereka memberikan kekuatan dan keberanian untuk melangkah ke depan.
Malam itu menjadi titik balik dalam hubungan mereka. Mereka tidak hanya saling menguatkan, tetapi juga belajar untuk lebih percaya dan bergantung satu sama lain. Perjalanan mereka masih panjang, penuh dengan tantangan dan rintangan. Namun, mereka percaya bahwa selama mereka bersama, mereka bisa mengatasi apapun yang menghadang.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
