Chapter 6
"Janji di Bawah Bintang"
Dengan masalah perusahaan keluarga yang berhasil diatasi, Arini dan Rama akhirnya bisa bernapas lega. Hubungan mereka semakin kuat setelah menghadapi berbagai ujian dan tantangan bersama. Namun, mereka tahu bahwa kehidupan selalu penuh dengan kejutan, dan mereka harus selalu siap menghadapinya.
Suatu malam, Rama memutuskan untuk membawa Arini ke tempat yang sangat istimewa baginya. Mereka berkendara ke sebuah bukit yang terletak di pinggiran kota. Tempat itu adalah lokasi favorit Rama sejak kecil, di mana ia sering datang untuk menenangkan pikiran dan melihat bintang-bintang.
Saat mereka tiba, Arini terpesona dengan pemandangan yang indah. Langit malam dipenuhi bintang, bersinar terang di atas mereka. Angin sepoi-sepoi meniup lembut, memberikan suasana yang tenang dan damai.
"Ini indah sekali, Rama," kata Arini dengan senyum lebar.
Rama tersenyum dan mengangguk. "Aku sering datang ke sini saat aku butuh waktu untuk berpikir. Tempat ini selalu memberiku ketenangan."
Mereka duduk di atas selimut yang telah disiapkan Rama, menikmati keindahan malam itu. Arini menyandarkan kepalanya di bahu Rama, merasa sangat bahagia dan nyaman.
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, Arini," kata Rama tiba-tiba, suaranya terdengar serius.
Arini menoleh dan menatap Rama dengan penuh perhatian. "Apa itu, Rama?"
Rama menghela napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku tahu kita telah melalui banyak hal bersama. Dari masalah masa lalu, hingga tantangan di perusahaan keluarga. Tapi melalui semua itu, aku menyadari satu hal yang sangat penting. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kamu."
Arini merasa jantungnya berdebar-debar mendengar kata-kata Rama. "Rama..."
Rama mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Ia membuka kotak itu, memperlihatkan sebuah cincin indah yang berkilauan di bawah cahaya bintang.
"Arini, maukah kamu menikah denganku?" tanya Rama dengan suara lembut namun penuh keyakinan.
Arini menatap cincin itu, kemudian menatap wajah Rama yang penuh harapan. Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. "Ya, Rama. Aku mau menikah denganmu."
Rama tersenyum lebar dan memasangkan cincin itu di jari manis Arini. Mereka berpelukan erat, merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Di bawah langit berbintang, mereka membuat janji untuk selalu bersama, menghadapi semua tantangan hidup dengan cinta dan keberanian.
Berita pertunangan mereka disambut gembira oleh keluarga dan teman-teman. Meskipun masih ada beberapa anggota keluarga Rama yang skeptis, namun cinta dan komitmen antara Arini dan Rama tidak bisa digoyahkan. Mereka mulai merencanakan pernikahan mereka dengan semangat dan antusiasme.
Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Di tengah persiapan pernikahan, Arini menerima kabar mengejutkan dari kampung halamannya. Ibunya jatuh sakit dan membutuhkan perawatan intensif. Arini merasa harus segera pulang untuk merawat ibunya, meskipun itu berarti meninggalkan Rama dan persiapan pernikahan mereka untuk sementara waktu.
Rama mengerti dan mendukung keputusan Arini. "Keluargamu adalah bagian dari hidupmu, Arini. Aku akan selalu mendukungmu. Pergilah, rawat ibumu. Aku akan menunggu di sini."
Arini merasa bersyukur memiliki pasangan seperti Rama. "Terima kasih, Rama. Aku akan segera kembali setelah keadaan ibuku membaik."
Dengan berat hati, Arini meninggalkan kota dan kembali ke kampung halamannya. Di sana, ia merawat ibunya dengan penuh kasih sayang. Meskipun jauh dari Rama, mereka tetap berkomunikasi setiap hari, saling memberi dukungan dan kekuatan.
Selama beberapa minggu, Arini fokus merawat ibunya. Kondisi ibunya perlahan-lahan membaik, namun Arini merasa ada sesuatu yang mengganjal. Ia merasakan kerinduan yang mendalam terhadap Rama dan kehidupan mereka di kota.
Suatu malam, saat sedang berbicara melalui telepon dengan Rama, Arini merasa sangat emosional. "Aku rindu padamu, Rama. Aku merasa sulit tanpa kamu di sini."
Rama berusaha menenangkan Arini. "Aku juga merindukanmu, Arini. Tapi ingatlah, ini hanya sementara. Segera setelah ibumu pulih, kita akan bersama lagi."
Arini menghela napas dalam-dalam. "Aku tahu. Aku hanya berharap semuanya segera membaik."
Ketika kondisi ibunya semakin stabil, Arini merasa lega. Ia memutuskan untuk kembali ke kota dan melanjutkan persiapan pernikahannya dengan Rama. Namun, dalam perjalanan pulang, Arini mendapat telepon dari seseorang yang tidak terduga.
Itu adalah mantan pacar Arini, Dimas. Suaranya terdengar penuh penyesalan dan permohonan maaf. "Arini, aku tahu aku telah melakukan banyak kesalahan. Aku hanya ingin meminta maaf dan berharap kita bisa berteman."
Arini terkejut mendengar suara Dimas. "Dimas, apa yang kamu inginkan?"
"Aku hanya ingin menebus kesalahan dan berharap yang terbaik untukmu. Aku dengar kamu akan menikah. Selamat, Arini."
Arini merasa bingung dengan panggilan itu, tetapi ia mencoba bersikap dewasa. "Terima kasih, Dimas. Aku berharap kamu juga menemukan kebahagiaan."
Setelah telepon itu, Arini merasa sedikit gelisah. Namun, ia tidak ingin membiarkan masa lalu mengganggu kebahagiaannya dengan Rama. Ia fokus pada persiapan pernikahannya, berusaha mengabaikan segala keraguan dan kecemasan.
Ketika Arini akhirnya kembali ke kota, Rama menyambutnya dengan pelukan hangat. "Selamat datang kembali, sayang. Aku sangat merindukanmu."
Arini tersenyum, merasakan kehangatan dan cinta dari Rama. "Aku juga sangat merindukanmu, Rama. Sekarang, kita bisa melanjutkan persiapan pernikahan kita."
Mereka melanjutkan persiapan pernikahan dengan semangat yang baru. Meskipun ada tantangan dan ujian, cinta mereka tetap kuat. Mereka belajar bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kebersamaan dan saling mendukung, menghadapi semua tantangan dengan keberanian dan kepercayaan.
Di tengah persiapan pernikahan, mereka merencanakan sebuah malam khusus untuk merayakan cinta mereka di bawah bintang-bintang, tempat di mana Rama pertama kali melamar Arini. Mereka berjanji untuk selalu mengingat momen itu sebagai simbol cinta dan komitmen mereka, siap menghadapi masa depan bersama-sama.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
