Notifikasi

Memuat…

Chapter 7

 "Ketulusan dan Keraguan"


Dengan masalah keluarga yang telah terselesaikan dan ibunya yang sudah mulai pulih, Arini akhirnya kembali ke kota untuk melanjutkan persiapan pernikahannya dengan Rama. Meski sempat terganggu dengan telepon dari Dimas, Arini berusaha mengabaikan kegelisahan yang muncul dan fokus pada kebahagiaan masa depannya dengan Rama.


Setibanya di kota, Rama menyambut Arini dengan pelukan hangat di bandara. "Selamat datang kembali, sayang. Aku sangat merindukanmu," katanya dengan senyum yang tulus.


Arini merasakan kehangatan dan cinta yang begitu besar dari Rama. "Aku juga sangat merindukanmu, Rama. Terima kasih sudah sabar menungguku."


Mereka pun kembali ke rumah dan mulai melanjutkan persiapan pernikahan. Semuanya berjalan lancar, dari pemilihan gaun pengantin hingga dekorasi tempat acara. Namun, Arini tidak bisa sepenuhnya mengabaikan rasa cemas yang terus menghantui pikirannya. Telepon dari Dimas masih terngiang-ngiang di benaknya.


Suatu malam, saat mereka sedang bersantai di rumah, Rama menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganggu Arini. "Kamu terlihat tidak tenang, Arini. Ada apa? Apa ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?"


Arini merasa ragu untuk membuka diri, tetapi ia tahu bahwa kejujuran adalah kunci dalam hubungan mereka. "Sebenarnya, ada sesuatu yang ingin aku ceritakan padamu. Saat aku di kampung halaman, Dimas meneleponku. Dia meminta maaf dan berharap kita bisa berteman."


Rama terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi tersebut. "Bagaimana perasaanmu tentang itu? Apakah kamu ingin menjalin kembali hubungan dengan Dimas, meski hanya sebagai teman?"


Arini menggeleng. "Aku tidak ingin menghidupkan kembali masa lalu. Aku hanya merasa bingung dan sedikit cemas. Aku takut dia bisa mempengaruhi hubungan kita."


Rama meraih tangan Arini dan menatapnya dengan penuh keyakinan. "Arini, yang penting adalah apa yang kita rasakan satu sama lain. Masa lalu mungkin masih ada, tapi itu tidak akan pernah mengubah cinta dan komitmen kita. Aku percaya padamu, dan aku tahu kita bisa melewati ini bersama."


Kata-kata Rama memberikan ketenangan bagi Arini. Mereka berpelukan erat, merasakan kekuatan cinta mereka yang semakin kuat. Namun, Arini tidak menyadari bahwa kehadiran Dimas masih akan memberikan ujian lain bagi hubungan mereka.


Beberapa hari kemudian, saat Arini sedang bekerja di kantor, ia menerima pesan dari Dimas. Pesan itu mengajak Arini untuk bertemu sekali lagi, kali ini untuk memberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang apa yang terjadi di masa lalu mereka. Arini merasa ragu, tetapi akhirnya memutuskan untuk menemui Dimas demi mendapatkan penutupan yang jelas.


Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang tenang. Dimas tampak lebih tenang dan penuh penyesalan. "Arini, aku ingin meminta maaf secara langsung. Aku tahu aku telah menyakitimu dan membuatmu mengalami banyak kesulitan. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar menyesal."


Arini mendengarkan dengan penuh perhatian. "Aku sudah memaafkanmu, Dimas. Tapi aku juga telah melanjutkan hidupku. Aku bahagia dengan Rama, dan aku tidak ingin ada yang mengganggu kebahagiaan kami."


Dimas mengangguk pelan. "Aku mengerti. Aku hanya ingin memberikan penjelasan dan berharap kamu bisa benar-benar melanjutkan hidup tanpa ada beban masa lalu."


Pertemuan itu memberikan ketenangan bagi Arini. Ia merasa beban yang selama ini menghantuinya perlahan mulai menghilang. Setelah pertemuan, Arini pulang dengan perasaan yang lebih ringan.


Namun, keesokan harinya, Rama menemukan pesan dari Dimas di ponsel Arini. Pesan itu tidak sengaja terbuka saat Rama ingin meminjam ponsel Arini untuk mencari sesuatu. Pesan tersebut hanya berisi permintaan maaf dan ucapan selamat atas pertunangan mereka, tetapi cukup untuk membuat Rama merasa cemas dan sedikit curiga.


"Arini, aku melihat pesan dari Dimas di ponselmu. Apa kamu masih berhubungan dengannya?" tanya Rama dengan suara tenang namun jelas.


Arini terkejut. "Aku bertemu dengannya kemarin untuk mendapatkan penutupan. Dia hanya ingin meminta maaf dan memberikan penjelasan. Aku tidak bermaksud menyembunyikan apa pun darimu."


Rama menghela napas panjang. "Aku percaya padamu, Arini. Tapi aku hanya ingin memastikan tidak ada lagi bayang-bayang masa lalu yang mengganggu kita."


Arini meraih tangan Rama. "Aku berjanji, tidak ada yang bisa mengganggu kita lagi. Kita telah melalui banyak hal bersama, dan aku tidak akan membiarkan masa lalu merusak kebahagiaan kita."


Rama tersenyum dan mengangguk. "Baiklah. Aku percaya padamu."


Dengan janji yang baru saja mereka buat, Arini dan Rama melanjutkan persiapan pernikahan mereka dengan lebih semangat. Mereka tahu bahwa kepercayaan adalah fondasi utama dalam hubungan mereka, dan mereka berjanji untuk selalu jujur dan terbuka satu sama lain.


Pada hari pernikahan mereka, Arini dan Rama berdiri di bawah langit yang cerah, dikelilingi oleh keluarga dan teman-teman terdekat. Mereka mengucapkan janji suci di depan semua orang, berkomitmen untuk selalu bersama dalam suka dan duka, menghadapi segala tantangan dengan cinta dan keberanian.


Di tengah sorak-sorai kebahagiaan, Arini dan Rama menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Mereka tahu bahwa hidup akan selalu penuh dengan kejutan, tetapi selama mereka saling percaya dan mendukung, tidak ada yang tidak bisa mereka hadapi.


Dan di bawah langit berbintang yang indah, mereka menari dan merayakan cinta mereka, mengetahui bahwa mereka telah menemukan satu sama lain dan siap menghadapi masa depan bersama.